Melahirkan di Tengah Pandemi Covid, Apa Saja yang Perlu Moms Pahami?
Pada masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, pastinya akan timbul kekhawatiran pada Moms yang sedang mengandung dan ingin menjalani persalinan di rumah sakit. Dalam mempersiapkan kelahiran si Kecil, ada banyak hal yang perlu Moms mengerti. Mulai dari bagaimana cara meminimalkan risiko penularan hingga keamanan bayi hingga ia sampai di rumah. Oleh karena itu, yuk simak apa saja yang perlu dipahami mengenai melahirkan di tengah pandemi COVID-19!
Hal yang perlu Moms catat supaya bisa melahirkan dengan aman di tengah pandemi COVID-19
Moms, menantikan si Kecil lahir merupakan hal yang luar biasa. Namun, tantangan bagi Moms yang hamil di tengah pandemi COVID-19 adalah bagaimana cara melahirkan dengan aman. Pasti banyak dari Moms yang bertanya, bagaimana protokoler yang perlu dijalani agar Moms dan si Kecil yang akan lahir bisa dalam keadaan sehat?
Tentu saja, keamanan melahirkan di tengah pandemi bisa diusahakan Moms. Salah satunya menjaga kesehatan sebaik mungkin untuk mencegah risiko penularan COVID-19.
Menurut dr. Darrell Fernando Sp.OG, dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Mayapada Hospital, bagi Moms yang ingin melakukan persalinan di masa pandemi, sebaiknya melakukan karantina 2 minggu sebelum persalinan dilakukan. Bukan hanya Moms saja yang melakukan karantina, hal ini juga berlaku untuk anggota keluarga Moms di rumah. Namun, jika suami masih harus tetap bekerja, suami harus tetap berhati-hati dan melakukan protokol kesehatan dengan ketat.Â
Selain itu, sesuai dengan rekomendasi Kementerian Kesehatan RI, ibu hamil sudah bisa memperoleh vaksinasi COVID-19 pada usia kehamilan 12-33 minggu. Oleh karena itu, lebih baik lagi jika Moms melakukan vaksin terlebih dulu, ya. Ini dilakukan untuk melindungi Moms dan juga dapat membantu memberikan antibodi untuk janin.
Baca juga: Tips Mencegah Baby Blues Setelah Melahirkan
Moms perlu skrining COVID-19 dulu sebelum melakukan persalinan
Bagi Moms yang sehat dan tidak terinfeksi COVID-19, sesuai rekomendasi dari Satgas COVID-19 dan Kementerian Kesehatan RI, screening COVID-19 tetap harus dilakukan terlebih dulu. Screening dapat disesuaikan dengan rumah sakit tempat persalinan Moms. Biasanya screening yang dilakukan akan berupa tes SWAB dan juga karantina.
Dr. Darrell mengatakan, screening penting dilakukan untuk melihat apakah Moms terinfeksi virus COVID-19. Jika ya, persalinan tidak dapat dilakukan di rumah sakit yang tidak melayani persalinan untuk pasien yang positif COVID-19. Selain itu, tentunya dibutuhkan ruangan bersalin terpisah atau ruangan operasi khusus jika persalinan yang dilakukan mewajibkan operasi caesar. Selain itu, penting untuk mengetahui status COVID-19 ibu agar tidak menularkan kepada bayi setelah lahir.
Untuk itu, penting untuk mengetahui sebelumnya apakah rumah sakit tempat Moms bersalin menerima persalinan dengan pasien positif COVID-19 atau tidak. Ini sebagai antisipasi ketika Moms akan melahirkan di tengah pandemi COVID-19.
Baca juga: Kapan Waktu yang Tepat untuk Berolahraga setelah Operasi Caesar?
Rumah sakit akan menyediakan pelayanan terbaik untuk Moms yang segera melahirkan
Saat melahirkan di tengah pandemi, pastinya rumah sakit pilihan Moms akan memberikan pelayanan terbaik bagi pasiennya. Rumah sakit akan mempersiapkan proses persalinan dengan optimal, sehingga Moms bisa melahirkan dengan aman. Untuk mencapai keamanan yang optimal, tentu perlu kerjasama antara Moms dan tenaga kesehatan.
Dr. Darrell mengatakan, pasien perlu menerapkan protokol kesehatan yaitu tetap menggunakan APD (alat pelindung diri) atau minimal menggunakan masker. Sedangkan untuk tenaga kesehatan, tetap menggunakan APD.
Bila hasil screening Moms menunjukkan hasil negatif, maka tidak perlu menggunakan APD level 3. Pemakaian APD level 3 hanya disarankan untuk Moms yang dinyatakan positif.
Maka dari itu, penting bagi Moms untuk melakukan screening sebelum melakukan persalinan, sehingga persalinan dapat dilakukan dengan aman.
Baca juga: Penting, Ketahui Ciri ciri Orang Mau Melahirkan Berikut Ini!
Apakah si Kecil mungkin tertular jika sang ibu positif COVID-19?
Mungkin ini jadi pertanyaan banyak Moms, bagaimana peluang penularan COVID-19 terhadap si Kecil, jika sang ibu positif? Dr. Darrell mengatakan, untuk janin yang belum lahir, status potensi tertular infeksi COVID-19 masih probable.Artinya, kondisi ini masih mungkin terjadi, namun tidak 100% pasti janin juga akan positif COVID-19 jika Moms positif. Hal ini dikarenakan virus Corona merupakan penyakit baru dan ibu hamil merupakan kelompok yang sulit untuk dilakukan penelitian.
Moms perlu memahami, bahwa penting sekali untuk menjaga kesehatan diri secara fisik dan mental di tengah pandemi COVID-19. Bila seorang ibu dinyatakan positif, pertumbuhan janin mungkin beresiko menjadi terhambat. Mulai dari ukuran janin yang kecil dari ukuran normalnya.
Oleh karena itu, dr. Darrell menyarankan pemeriksaan USG kurang lebih 3 minggu setelah dinyatakan positif COVID-19 yang artinya setelah melakukan isolasi mandiri selama 10-14 hari dan ditambah 1 minggu. USG dilakukan untuk mengevaluasi pertumbuhan janin di dalam kandungan dan mengetahui apakah janin berukuran lebih kecil atau tidak.
Namun lain halnya jika bayi sudah lahir. Kegiatan menyusui atau menggendong bayi akan berpotensi untuk menularkan virus kepada bayinya.
Moms juga perlu paham gejala-gejala COVID-19 yang dialami bayi yang baru lahir, seperti:
- Gangguan pernapasan seperti napasnya menjadi cepat
- Demam
- Bayi menjadi kuning.
Bila hal ini terjadi demikian, tenaga kesehatan di rumah sakit akan mengerahkan penangan terbaik supaya si Kecil bisa pulih dan kembali ke dekapan ibunya. Diharapkan pula kondisi sang ibu kian memulih agar bisa lebih aman bertemu dengan bayinya.
Baca juga: 6 Pertanda Bayi Akan Segera Lahir
Membawa si Kecil dari rumah sakit ke rumah, setelah melahirkan
Jika bayi sudah lahir dan akan dibawa ke rumah, Moms dan pasangan harus tetap ketat dalam menjalankan protokol kesehatan. Mengapa? Dr. Darrell menyampaikan, saat bayi baru lahir dan ada tamu yang ingin berkunjung, hal ini dapat berpotensi menularkan virus kepada Moms dan juga bayi.
Tapi apakah bayi perlu dipakaikan masker untuk mencegah COVID-19? Sesuai rekomendasi Dokter Anak Indonesia dan Perhimpunan Luar Negeri, untuk bayi sampai usia 2 tahun tidak dianjurkan untuk menggunakan masker maupun face shield. Karena dikhawatirkan akan terjadi gangguan pada bayi.
Di samping itu, sesampainya di rumah, Moms harus membatasi jumlah tamu yang berkunjung atau sebaiknya tamu yang hendak berkunjung sudah divaksin. Alangkah baiknya jika tamu melakukan tes SWAB terlebih dahulu.
Perlu Moms ingat, tamu yang berkunjung harus tetap melakukan protokol kesehatan dengan ketat, seperti tidak membuka masker selama berkunjung serta tidak menggendong atau mencium bayi.
Baca juga: 13 Tips Untuk Persiapan Kelahiran Yang Perlu Moms Ketahui
Pesan bagi Moms yang akan melahirkan di tengah pandemi COVID-19
Setelah mengetahui beberapa hal yang harus dimengerti saat melahirkan di tengah pandemi, Moms tidak perlu cemas berlebihan. Yang paling penting adalah Moms harus mempersiapkan diri untuk mendapatkan informasi dengan baik. Dr. Darrell mengingatkan, untuk mengkomunikasikan rencana kehamilan dengan bidan atau dokter kandungan sejak kehamilan trimester ketiga atau usia kehamilan 35-36 minggu.
Ketahui apa saja yang harus dilakukan, mulai dari screening untuk COVID-19, melakukan karantina, rumah sakit untuk bersalin, hingga cara melahirkan. Untuk rumah sakit, Moms bisa mencari rumah sakit yang aman untuk melakukan persalinan dan bukan merupakan rumah sakit rujukan COVID-19 atau memiliki gedung tempat persalinan yang terpisah dari pasien COVID-19.
Moms bisa membicarakan dengan dokter apakah rumah sakit yang dipilih merupakan rumah sakit green zone atau red zone sehingga akan merasa tenang saat melakukan persalinan.
Itulah persiapan dan hal-hal yang perlu Moms ketahui melahirkan di tengah pandemi COVID-19. Percayalah, semuanya akan baik-baik saja terutama bila Moms sudah menjaga kesehatan diri baik-baik. Semoga lancar ya persalinannya, Moms!
Baca juga: Tips Memilih Tas Perlengkapan Bayi yang Tepat