Ketahui Obat Penurun Panas untuk Dewasa Berikut Ini
Demam atau panas badan umumnya muncul ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan. Demam bukan penyakit, akan tetapi gejala yang timbul sebagai akibat dari suatu penyakit. Jadi, apabila Moms minum obat demam, yang reda adalah gejalanya, bukan penyakitnya. Lalu, apa saja pilihan obat penurun panas untuk dewasa? Simak penjelasan berikut.
Obat penurun panas dewasa yang dapat Moms beli di apotek
Paracetamol
Paracetamol atau yang disebut dengan acetaminophen merupakan obat penurun panas sekaligus pereda nyeri. Obat penurun panas dewasa ini tersedia dalam berbagai sediaan, mulai dari tablet, kapsul, puyer, hingga sirup.
Selain untuk dewasa, paracetamol aman untuk dikonsumsi oleh bayi berusia di atas 6 bulan, tentunya dengan dosis yang berbeda. Moms harus ikuti instruksi dosis yang ada di kemasan dan jangan mengonsumsi melebihi dosis yang disarankan.
Pada sebagian orang, obat ini dapat menimbulkan efek samping berupa:
- Mual
- Muntah
- Susah tidur
- Alergi
- Gatal-gatal dan kemerahan
Apabila Moms termasuk orang yang secara teratur mengonsumsi obat-obatan lain, berhati-hatilah ketika minum paracetamol. Hal ini karena, obat ini dapat menimbulkan interaksi yang berbahaya jika dikonsumsi bersamaan dengan:
- Obat pengencer darah seperti warfarin
- Obat tuberkulosis atau TBC yang bernama isoniazid
- Obat kejang, seperti carbamazepine dan phenytoin
Ibuprofen
Selain dapat menjadi obat penurun panas dewasa, obat ini juga dapat meredakan peradangan atau inflamasi dan nyeri di tubuh. Obat ini juga dapat dikonsumsi oleh anak berusia 6 bulan ke atas dengan dosis yang berbeda. Yang perlu Moms ingat, selalu ikuti dosis yang tertera di dalam kemasan.
Umumnya ibuprofen aman untuk dikonsumsi, walaupun bagi beberapa orang bisa menimbulkan efek samping berupa sakit perut. Oleh karena itu, umumnya Moms disarankan minum obat ini setelah makan.
Berhati-hatilah dalam mengonsumsi ibuprofen jika Moms juga sedang menggunakan obat pengencer darah seperti warfarin secara teratur. Obat ini juga lebih baik tidak dikonsumsi bersamaan dengan beberapa jenis obat lain seperti dibawah ini:
- Celecoxib
- Warfarin
- Cyclosporine, obat yang bisa menurunkan daya tahan tubuh
- Diuretik dan obat darah tinggi lainnya
Naproxen
Obat penurun panas untuk dewasa yang selanjutnya adalah naproxen. Selain untuk orang dewasa, obat ini baru boleh dikonsumsi oleh anak berusia 12 tahun ke atas. Penggunaan naproxen untuk anak di bawah 12 tahun harus melalui konsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Sama dengan ibuprofen, naproxen juga merupakan obat golongan AINS. Selain menurunkan panas, obat ini juga dapat meredakan peradangan atau inflamasi dan mengurangi rasa nyeri.
Efek samping dari naproxen juga mirip dengan efek samping ibuprofen, yaitu dapat menyebabkan sakit perut. Sehingga, Moms disarankan untuk mengonsumsi obat ini setelah makan.
Aspirin
Dibanding dengan obat penurun panas dewasa golongan AINS lainnya, aspirin cenderung lebih keras, oleh karena itu obat ini tidak boleh dikonsumsi oleh anak-anak tanpa konsultasi dokter. Obat ini hanya boleh dikonsumsi secara bebas oleh orang dewasa berusia 18 tahun ke atas.
Tidak hanya sakit perut, aspirin juga memiliki potensi menimbulkan efek samping yang lebih serius seperti perdarahan dan tukak lambung. Sama seperti obat-obatan lainnya, aspirin juga berpotensi alergi.
Semua jenis obat penurun panas yang disebutkan di atas, bisa dikonsumsi oleh orang dewasa yang sudah berusia di atas 18 tahun. Apabila minum lebih dari satu jenis obat, pastikan Moms tidak mengonsumsi dua jenis paracetamol secara bersamaan, misalnya paracetamol untuk obat demam dan obat batuk sekaligus.
Segera hubungi dokter apabila suhu tubuh Moms naik hingga di atas 39,4°C. Moms juga disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter apabila demam tidak kunjung reda setelah tiga hari.
Perlu diingat bahwa mekanisme tubuh ketika menghadapi demam bisa berbeda bagi setiap orang. Pada beberapa anak, suhu tubuh sedikit melebihi normal sudah dapat memicu kejang. Sehingga, panduan di atas bisa saja dimodifikasi sesuai anjuran dokter atau kondisi masing-masing orang yang berbeda.
Baca Juga: Cara Meredakan Sakit Perut dengan Mudah