Pelecehan Seksual Tidak Selalu Berupa Sentuhan, Ada Pelecehan Verbal yang Harus Diwaspadai
Saat membayangkan pelecehan seksual, mungkin yang pertama kali terlintas di benak Moms adalah tindakan fisik disertai sentuhan tidak senonoh pada bagian tubuh tertentu. Bayangan tersebut tidak sepenuhnya salah, namun tidak benar jika pelecehan seksual harus dibarengi dengan sentuhan fisik. Bisa saja pelecehan terjadi dalam bentuk verbal atau kata-kata.
Apa Itu Pelecehan Seksual?
Pelecehan seksual bisa didefinisikan sebagai perilaku atau perhatian yang bersifat seksual yang tidak diinginkan dan tidak dikehendaki oleh penerima pelecehan yang bisa mengakibatkan gangguan pada diri korban.
Tindakan yang dimaksud bisa mencakup, namun tidak terbatas oleh, tindakan-tindakan seperti bayaran seksual bila korban menginginkan sesuatu, pemaksaan untuk melakukan kegiatan seksual, ucapan yang merendahkan mengenai orientasi seksual atau seksualitas seseorang, ucapan atau perilaku yang mempunyai konotasi seksual.
Hal yang disebutkan bisa dianggap sebagai pelecehan seksual, yang bisa dilakukan atau diucapkan secara langsung maupun implisit.
Lalu, Apa Itu Pelecehan Verbal?
Seperti yang sudah disebutkan, tindakan pelecehan tidak terbatas pada terjadinya sentuhan fisik, namun bisa juga berbentuk ucapan atau lisan. Media yang dipakai tentunya bisa bermacam-macam, bisa ucapan yang keluar langsung dari mulut, ataupun berbentuk tulisan dan gambar yang dikirimkan melalui media komunikasi.
Pelecehan verbal bisa terbungkus dalam kalimat-kalimat candaan yang dianggap enteng oleh pelaku, namun sebetulnya berefek kepada korban. Apalagi jika tindakan tersebut dilakukan berulang-ulang dan semakin melewati batas.
Membedakan Pelecehan Atau Bukan?
Seringkali pelaku merasa tidak melakukan pelecehan seksual dengan alasan hanya bercanda, ataupun merasa bahwa tindakan tersebut wajar sebagai usaha untuk membangun hubungan asmara dengan korban.
Tentu ada batasan jelas dalam menilai apakah perbuatan yang dilakukan masih dalam batasan kewajaran atau sudah termasuk ke dalam bentuk pelecehan seksual verbal ataupun fisik. Beberapa hal yang bisa menguatkan bahwa tindakan yang dilakukan merupakan pelecehan jika mempunyai tanda-tanda sebagai berikut:
- Korban sudah menyatakan secara jelas bahwa tidak nyaman dengan perbuatan yang dilakukan oleh pelaku
- Pelaku pun seharusnya sudah bisa merasakan bahwa korban merasa tersinggung, terhina, atau tertekan dengan tindakan maupun ucapan yang dikeluarkan oleh pelaku
- Sikap seksual yang merendahkan seperti melirik atau menatap bagian tubuh korban
- Perilaku fisik seperti mencubit, menyentuh, mencium, menepuk, atau kekerasan fisik seperti pemerkosaan
Menghindari dan Mengatasi Pelecehan Verbal
Seringkali korban merasa kesulitan untuk menghindari dan mengatasi pelecehan verbal yang dialami oleh dirinya. Beberapa hal berikut ini, bisa dilakukan untuk mengatasi hal tersebut:
- Tekankan secara jelas batasan wajar dan tidak wajar kepada pelaku. Jika Moms tersinggung atau merasa bahwa tindakan dan ucapan yang dilakukan sudah melewati batas, sampaikan secara langsung dan tegas kepada pelaku
- Jika pelaku sepertinya memang berniat melecehkan dan terus mengulangi perbuatannya, Moms bisa mencoba mengumpulkan bukti yang bisa dipakai nanti untuk membuktikan perbuatan pelaku kepada pihak ketiga. Misal, jika pelaku melecehkan melalui chat, kumpulkan bukti screenshot obrolan pelaku agar dapat menjadi bukti yang mendukung Moms nantinya.
- Hindari berada dalam kondisi hanya berduaan dengan pelaku, sebaiknya Moms pastikan ada pihak lain yang dapat mengawasi gerak gerik pelaku dan bisa membantu Moms jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
- Bicarakan hal ini dengan orang lain yang dapat memberikan masukan bagaimana sebaiknya mengatasi permasalahan ini. Libatkan pihak berwenang sesegera mungkin jika Moms merasa tindakan pelaku sudah sangat meresahkan.
Ingat selalu bahwa Moms tidak sendirian dalam menghadapi ini, banyak pihak lain yang bisa membantu mengatasi hal tersebut seperti LPSK yang dapat menyediakan perlindungan terhadap korban, atau pihak berwenang seperti polisi.
Baca juga: Apa Itu Kesehatan Mental, dan Manfaat Merawatnya?