Kenali 5 Tanda Tantrum Yang Melebihi Normal Pada Anak
Seiring perkembangan pada anak, ada masa dimana si kecil mengeluarkan emosi dengan cara marah, mengamuk, menangis kencang, hingga membanting barang-barang. Kondisi ini sering disebut dengan istilah tantrum pada anak kecil. Tantrum sebenarnya normal terjadi pada anak, bahkan bisa dianggap sebagai bagian dari proses kembang tumbuh anak.
Penyebab tantrum adalah saat si kecil memiliki dua emosi yang kuat, yaitu kemarahan dan kesedihan yang berlebihan. Setiap anak pada dasarnya sangat mungkin mengalami tantrum. Tapi jika berlebihan, bisa jadi itu pertanda bahwa ada masalah pada perkembangan si kecil.
Pertanda kondisi tak wajar tantrum pada anak kecil
1. Frekuensi mengamuk yang cukup sering
Sebelum si kecil mempunyai kegiatan di luar rumah seperti sekolah, Moms bisa lebih memperhatikan pola sehari-hari anak. Jika dalam sebulan anak bisa mengalami tantrum sekitar 10 sampai 20 kali, atau dalam sehari bisa lebih dari 5 kali amukan sehari. Bisa ada kemungkinan anak berisiko untuk mengalami masalah kejiwaan yang serius.
2. Tantrum terjadi dalam waktu yang lama
Pada anak yang normal, biasanya si kecil akan mengamuk pada 1 jam pertama dan untuk periode tantrum selanjutnya hanya 20-30 detik saja. Jika si kecil punya masalah dengan kesehatan mentalnya, saat ia mengamuk di periode tantrum berikutnya bisa memakan waktu selama 25 menit atau lebih.
Jika anak mengamuk dalam waktu yang cukup lama, misalnya hingga 25-30 menit, ada kemungkinan anak memang mempunyai gangguan mental.
3. Melakukan kontak fisik dengan orang lain
Kadang si kecil mengalami tantrum hingga menendang atau bahkan memukul orang terdekat mereka. Jika si kecil terlalu sering melakukan kontak fisik seperti mencubit, memukul, atau bahkan menendang orang-orang di sekitarnya, mungkin ini sudah di luar batas wajar.
Pada beberapa anak yang tantrum berlebihan, keluarga bisa melindungi diri mereka karena kesulitan meredakan amarah si kecil. Moms harus mewaspadai hal ini, sebab bisa jadi tanda bahwa si kecil memiliki gangguan pada dirinya.
4. Anak melukai diri sendiri
Tantrum pada anak kecil bisa dibilang di luar kewajaran jika mereka melukai dirinya sendiri. Hal tersebut bisa jadi tanda bahwa anak mungkin mengalami masalah kesehatan mental tertentu.
Anak dengan depresi berat, akan cenderung untuk menggigit, membenturkan kepala ke dinding, mencakar, bahkan menendang berbagai benda di sekitarnya ketika sedang tantrum.
5. Tidak mampu menenangkan diri sendiri sesudah tantrum
Seringkali tantrum pada anak kecil bertujuan agar anak mendapat perhatian lebih dari Moms. Saat mereka sedang lapar, lelah, atau menginginkan suatu benda tertentu. Perlu diwaspadai jika anak cenderung tidak mampu untuk menenangkan dirinya sendiri setelah meluapkan emosinya.
Moms harus bisa untuk menenangkan anak setelah mengalami tantrum, tetapi harus diingat, jangan selalu menuruti keinginan si kecil setiap kali mereka merengek hebat. Memenuhi keinginan anak setiap kali mereka “berulah” akan membuat mereka selalu bertindak seperti ini demi tercapainya hal yang mereka inginkan.
Baca juga: 5 Tips Menenangkan Anak Hiperaktif
Langkah mengatasi tantrum yang tidak normal?
Jika Moms menyadari kategori tantrum yang dialami anak telah melewati batas, ada beberapa cara yang bisa dilakukan:
Dimulai dari keluarga
Moms harus ekstra sabar dan tidak mudah menyerah menghadapi tantrum pada anak kecil. Jika sebelumnya sudah pernah mencoba bicara dengan anak tentang kebiasaan buruknya, jangan cepat menyerah jika sesudah itu si kecil tidak menunjukkan perubahan. Moms bisa mencoba cara penyampaian lain yang mungkin lebih mudah dicerna oleh si kecil.
Berikanlah contoh hal baik yang bisa dilakukan si kecil jika sedang dilanda kemarahan atau kesedihan hebat. Seiring bertambahnya usia anak dan adanya atmosfer yang positif dari keluarga untuk mendukung perubahan bagi sikap anak, maka si kecil perlahan akan ikut berubah lebih baik.
Konsultasikan dengan psikolog anak
Jika Moms tidak mampu menangani hal ini, sebaiknya konsultasikan keadaan yang dialami kepada psikolog. Informasikan kepada psikolog tidak hanya keadaan anak, namun juga keadaan yang sedang terjadi dalam keluarga. Hal ini akan membantu psikolog menilai penyebab tantrum yang berbahaya pada si kecil.
Baca juga: Tips Merawat Luka Sunat Agar Cepat Pulih